Kamis, 19 Mei 2011

Memaafkan diri sendiri

“Apa yang kita alami dan kita dapatkan dari hidup ini sudah diatur oleh Alloh SWT. Tetapi merupakan karunia dan kasih sayang-Nya, kita dinilai oleh Alloh berdasarkan atas usaha dan jerih payah kita, bukan atas apa yang ditetapkan untuk kita. Merupakan keadilan Alloh, Ia tidak menilai kita dari apa yang telah Ia tetapkan sendiri untuk kita. Tapi atas apa yang kita lakukan untuk mengejar ketetapan itu. Uniknya kita manusia, betapapun Alloh menyuruh kita berusaha, seringkali ukuran utama kita adalah apa hasil yang kita dapatkan dari usaha itu, bukan sejauh mana proses menuju hasil itu. Hasil memang penting, tapi pada akhirnya kita akan menerima apa-apa yang memang menjadi milik kita. ”
”Memaafkan diri untuk hasil-hasil hidup yang menyenangkan, yang sesuai dengan keinginan, lebih banyak bersifat syukur dan pengendalian diri untuk tetap melakukan hal-hal yang mubah. Tapi memaafkan diri untuk hasil hidup yang tidak menyenangkan, biasanya lebih banyak bersifat SABAR dan PENYEMANGATAN DIRI untuk tetap melakukan hal-hal yang benar.”
“Memaafkan diri adalah sebentuk kesadaran, bukan sikap masa bodoh; adalah sebentuk kearifan, bukan kecerobohan; adalah cara kita mengapresiasi diri kita sendiri secara positif, bukan secara negatif; adalah puncak keseimbangan dan netralitas jiwa di antara putus asa dan acuh; adalah keseimbangan jiwa antara pesimisme dan optimisme.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar