Jumat, 09 Januari 2015

Jenis-Jenis Vitamin yang Wajib Anda Ketahui

Vitamin adalah nutrisi yang sangat penting untuk pertumbuhan, energi, dan fungsi saraf. Tubuh kita mendapatkan vitamin dari makanan, suplemen, atau hasil produksi flora usus.

Dua Kelompok Vitamin

Ada dua kelompok vitamin: yang larut dalam lemak dan yang larut dalam air.
Vitamin A, D, E, K larut dalam lemak sehingga memerlukan lemak agar dapat diserap oleh tubuh. Kelebihan vitamin-vitamin tersebut akan disimpan dalam hati dan lemak tubuh Anda, kemudian digunakan saat diperlukan. Berlebihan mengonsumsi vitamin yang larut dalam lemak dapat membuat Anda keracunan sehingga menyebabkan efek samping seperti mual, muntah, dan masalah hati dan jantung.
Vitamin B kompleks dan C larut dalam air. Tubuh Anda menggunakan vitamin-vitamin itu sesuai kebutuhan, kemudian mengeluarkan kelebihannya melalui urin. Karena vitamin ini tidak disimpan dalam tubuh,  risiko keracunan sangat kecil dibandingkan dengan vitamin yang larut dalam lemak, tetapi risiko kekurangan lebih tinggi.

Jenis-jenis Vitamin

1. Vitamin A (retinol)
Vitamin A terdapat dalam makanan berwarna kuning-oranye, berdaun hijau gelap dan dalam bentuk retinol pada makanan yang berasal dari hewan. wortel, mangga, labu, pepaya, bayam, brokoli, selada air, kuning telur, susu dan hati adalah makanan yang kaya vitamin A.
Vitamin A berperan dalam pertumbuhan dan pemeliharaan tulang dan jaringan epitel, meningkatkan kekebalan, dan memerangi radikal bebas (antioksidan). Kekurangan vitamin A adalah penyebab utama kebutaan pada anak-anak di banyak negara berkembang.
2. Vitamin D (kalsiferol)
Ikan berlemak seperti sarden, mackerel, tuna, telur, makanan yang diperkaya seperti margarin dan sereal adalah sumber vitamin D. Vitamin ini sangat penting untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tulang karena mengontrol penyerapan kalsium dan fosfor yang penting untuk metabolisme tubuh. Kekurangan vitamin D pada anak-anak akan menyebabkan penyakit rakhitis, dan pada orang dewasa menyebabkan osteomalasia, kondisi di mana tulang menjadi lemah dan lunak. Vitamin D dapat diproduksi tubuh saat kulit menerima ultraviolet dari sinar matahari. Kekurangan vitamin D dapat terjadi pada mereka yang memiliki diet rendah vitamin D atau jarang terkena sinar matahari. Dosis besar vitamin dapat menyebabkan kelebihan kalsium, terutama pada anak-anak, yang mengganggu pembentukan tulang. Namun, hal tersebut sangat jarang terjadi. Tidak ada rekomendasi mengenai diet vitamin D untuk orang dewasa yang hidup normal dan cukup terpapar sinar matahari.
3. Vitamin E (tokoferol)
Vitamin E hadir dalam minyak wijen, kacang kedelai, beras, jagung dan biji bunga matahari, kuning telur, kacang-kacangan dan sayuran. Vitamin ini adalah antioksidan penting yang mencegah penuaan dini sel-sel, merangsang sistem kekebalan tubuh, mengurangi risiko katarak, melindungi dari penyakit jantung, mencegah penyakit kanker dan menjaga kesehatan kulit. Kekurangan vitamin E pada manusia jarang terjadi, kecuali pada bayi prematur dan mereka yang memiliki masalah pencernaan.
4. Vitamin K
Selada, kubis, kembang kol, bayam, kangkung, susu, dan sayuran berdaun hijau tua adalah sumber terbaik vitamin ini. Vitamin K terlibat dalam pembekuan darah dan kekurangannya dapat menyebabkan perdarahan berlebihan dan kesulitan dalam penyembuhan. Kekurangan vitamin ini jarang terjadi, kecuali pada bayi baru lahir dan mereka yang memiliki masalah penyerapan atau metabolisme vitamin, seperti penderita penyakit hati kronis.
5. Vitamin C (asam askorbat)
Vitamin C terutama terdapat dalam buah jeruk, kiwi, melon, limau, jambu biji, sirsak, mangga, stroberi, pepaya, tomat, kubis dan cabai. Vitamin ini sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan, membantu proses penyembuhan, meningkatkan sistem kekebalan tubuh (membantu mencegah flu), merangsang sintesis kolagen, menjaga elastisitas kulit, dan menjaga kesehatan tulang, gigi, otot dan tendon. Vitamin C juga berperan sebagai antioksidan dan membantu penyerapan zat besi di usus. Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan sariawan, mimisan, anemia, dan nyeri sendi. Namun, kekurangan vitamin C lebih jarang terjadi dibandingkan kekurangan beberapa jenis vitamin B.  Penderita penyakit kanker dan masalah pencernaan atau mereka yang mendapatkan infus lebih mudah terkena kekurangan vitamin C.
Karena mudah rusak oleh panas dan cahaya, makanan bervitamin C harus disimpan di tempat sejuk dan teduh. Konsumsi vitamin C terlalu banyak dapat membahayakan karena menyebabkan diare dan batu ginjal. Karena vitamin C membantu penyerapan zat besi, dosis sangat tinggi dapat mengakibatkan kelebihan zat besi.
6. Vitamin B1 (tiamin)
Vitamin B1 hadir dalam biji-bijian, jeroan, kacang polong, kacang tanah, kuning telur, beras merah, semua jenis daging, kentang, kubis, kacang hijau, pisang, dan pepaya. Vitamin ini melindungi sistem saraf, merangsang nafsu makan dan berperan dalam fungsi otot dan jantung. Tiamin juga membantu pengolahan karbohidrat, lemak dan alkohol. Kekurangan vitamin B1 menyebabkan penyakit yang disebut beri-beri, di mana penderita tidak dapat memproses karbohidrat dan lemak dengan baik dan mengembangkan berbagai gejala termasuk masalah jantung, saraf, peradangan nyeri sendi dan kurangnya nafsu makan.
7. Vitamin B2 (riboflavin)
Vitamin B2 hadir dalam kubis, susu, keju, kacang polong, telur, beras, wortel, ubi jalar, singkong, tomat, kacang, alpukat, nanas, pepaya, jambu biji, dan mangga. Vitamin ini membantu pencernaan protein, karbohidrat dan lemak dan melindungi kulit dan mata. Kekurangan vitamin B2 dapat menyebabkan penyakit kulit, kesulitan mencerna makanan dan mata merah.
8. Vitamin B6 (piridoksin)
Pisang, alpukat, jeruk, tomat, apel, ayam, ikan, daging, telur, jeroan, kacang tanah dan kedelai adalah sumber vitamin B6 yang penting untuk metabolisme karbohidrat dan asam amino non-esensial. Bakteri pencernaan memproduksi vitamin ini dan sebagian diserap melalui dinding usus. Kekurangan vitamin ini menyebabkan masalah kulit seperti dermatitis seboroik di sekitar mata, hidung dan mulut.
9. Vitamin B12 (sianokobalamin)
Vitamin B12 hadir dalam makanan yang berasal dari hewan (susu, hati, ginjal, otot dan ikan). Vitamin ini berperan dalam fungsi sel, terutama pada sumsum tulang, saluran pencernaan dan sistem saraf, dan dalam produksi sel darah merah. Kekurangan vitamin B12 menyebabkan anemia, glossitis dan gangguan pencernaan.

Obat alami Sakit Gigi berlubang dan Gusi bengkak

Anda pernah mengalami sakit gigi....uhh..rasanya pasti sakit bangeet dan menyebalkan deh. Mau ngapa-ngapain jadi serba salah. Mau makan sakit, tidur gak enak, pokoknya gak nyaman dan jadi uring-uringan.
Nah....ini ada cara tradisional dan herbal alami  yang ampuh dan tanpa bahan kimia untuk mengobati sakit gigi berlubang maupun gusi bengkak, dan ternyata mudah sekali untuk dilakukan. Berdasarkan pengalaman yang pernah saya alami setelah mencoba cara tradisional ini rasa sakit pada gigi berlubang dan gusi yang bengkak bengangsur-angsur pulih.
Kelebihannya lagi ini obat tradisional dari bahan-bahan alami yang tentunya aman untuk tubuh kita, ketimbang obat-obatan kimia. 

Cara mengobati sakit gigi dengan obat herbal alami
Obat sakit gigi alami paling ampuh yang saya gunakan yaitu :
1.  Minyak cengkeh
Minyak cengkeh digunakan untuk mengobati sakit gigi yang berlubang.
Cara menggunakannya ;
Ambil sedikit kapas kira kira cukup untuk dimasukkan pada lubang gigi. celupkan potongan kapas pada minyak cengkeh asal basah saja dengan jepit kapas atau lidi yang dilipat dua. Jangan sampai terlalu basah atau menetes minyaknya, jika terlanjur basah peras sedikit kapasnya biar minyaknya tidak menetes. Jika kapas terlalu basah yang dikhawatirkan akan menetes dalam mulut sebelum sampai masuk pada gigi yang berlubang. Wahh... kalo sampe kejadian rasanya gak enak banget ( getar istilah jawanya ) dan panas. bagi yang sensitif akan menimbulkan luka pada kulit atau gusi yang terkena minyak tersebut. 
Jadi hati hati dalam proses perjalanan kapas berminyak menuju lubang yang dituju. Kalau mau aman minta tolong dengan orang lain disekitar kalau ada, kalau ga ada lakukan sendiri dengan cara menghadap cermin, buka mulut lebar-lebar dan pastikan cahaya ruangan cukup sehingga tampak jelas sasaran yang dituju ( lubang gigi kelihatan dengan jelas ) kalau sudah siap maka masukkan kapas berminyak tepat pada lubang gigi. Jangan lupa berdoa dulu sebelum melakukannya.
Minyak cengkeh dapat diperoleh atau dibeli di toko jamu/apotik terdekat

2.  Bawang Putih
Obat sakit gigi alami lainnya yaitu menggunakan bawang putih, dimana bawang putih mengandung antiseptik alami. Cara ini bisa untuk mengobati sakit gigi berlubang dan gusi bengkak.
Cara membuat bawang putih sebagai obat sakit gigi alami
Ambil satu siung bawang putih lalu kupas kulitnya dan haluskan. Haluskan pake manual saja jangan pakai blender, kalo pake blender nanti susah nyari hasilnya soalnya bawang yang diblender cuma satu siung, he he… Setelah dihaluskan lalu dikumpulkan dan dicampur dengan garam dapur lalu aduk sampe rata, bisa juga pake garam kasar tapi dihaluskan bareng sama bawang putihnya.
Cara Memakainya
Masukkan pada gigi yang berlubang ataupun oleskan pada gusi yang bengkak. Mengenai rasanya yaitu sedikit panas dan juga gimanaaa gitu terasa dilidah. tapi ini ampuh dan alami. gak enak sedikit gak papalah… Tahan sampai nyeri pada gigi reda dan waktunya relatif. maksudnya kalau masih pertama kali dan masih terbiasa memakai obat kimia biasanya agak lama. tapi kalo yang da lama cerai dengan obat kimia jika pake cara ini cepat hasilnya dan ga mudah kambuh.
Demikian ulasan tentang cara alami mengobati sakit gigi, alangkah baiknya sebelum terjadinya sakit gigi kita melakukan pencegahan gigi berlubang karena gigi berlubang merupakan salah satu penyebab utama timbulnya sakit gigi. Ada juga cara lain yang dapat untuk menghindari sakit gigi yaitu dengan menambal atau mencabut gigi berlubang yang kita punya.
Sekian dulu infonya dari saya, jika sakit gigi atau bengkak nya tak kunjung sembuh juga pilihan terakhir ya mending ke dokter ya.

Kamis, 19 Mei 2011

“Teguran Alloh yang kadang menyakitkan”

“Bersyukurlah bila Alloh SWT masih menegur kita dengan sesuatu yang menyakitkan, tapi lalu hal itu membuat kita terhenyak dan sadar. Bersyukurlah kepada Alloh SWT, bila kita masih merasakan pengingatan dari Alloh SWT, dengan suatu keadaan yang memukul hati. Tapi hal itu kemudian melahirkan ketundukan pada keagungan Alloh SWT, menyadarkan perasaan faqir terhadap kuasa Alloh SWT, membuat kita mengerti tentang ketidakberdayaan di hadapan kebesaran-Nya yang selama ini sering tertutup oleh kesombongan, perasaan aman, atau keadaan kita yang stabil. Artinya, kita menjadi tidak kenal dengan diri sendiri seperti perkataan ahli hikmah, Qiss bin Saadah, “Sebaik-baiknya pengenalan seseorang adalah pengenalannya terhadap diri sendiri. Sebaik-baiknya ilmu adalah ilmu yang mengajarkan seseorang mengerti tentang kadar ilmunya.”
~ Ibnul Qoyyim rahimahulloh: “Sungguh hati itu mempunyai kekasatan yang tidak bisa dihaluskan kecuali dengan kembali menghadap kepada Alloh. Hati juga mempunyai rasa teramcam yang tidak bisa dihilangkan kecuali dengan suasana intim dan dekat dalam kesendirian bersama Alloh. Hati juga mempunyai kesedihan, yang tak mungkin diusir kecuali dengan rasa bahagia yang muncul dari ma’rifah kepada Alloh SWT dan hubungan yang baik dengan-Nya. Hati juga mempunyai kegelisahan yang tidak bisa ditenangkan kecuali dengan berhimpun kepada Alloh dan lari mendekat kepada Alloh. Hati juga mempunyai api yang membakar, yang tidak bisa dipadamkan kecuali dengan RIDHO terhadap perintah, larangan, ketetapan-Nya, serta keSABARan hingga saat bertemu dengan-Nya. Hati juga mempunyai keinginan yang besar, yang tidak bisa dihentikan kecuali bila hanya Alloh SWT sajalah yang diinginkan. Hati juga memiliki kepapaan, yang tak mungkin dicukupi kecuali dengan cinta kepada-Nya, senantiasa berdzikir dan ikhlas kepada-Nya. Andai seluruh dunia ini diberikan untuk mencukupi kepapaan itu, niscaya kepapaan itu takkan pernah tercukupi juga.”

Memaafkan diri sendiri

“Apa yang kita alami dan kita dapatkan dari hidup ini sudah diatur oleh Alloh SWT. Tetapi merupakan karunia dan kasih sayang-Nya, kita dinilai oleh Alloh berdasarkan atas usaha dan jerih payah kita, bukan atas apa yang ditetapkan untuk kita. Merupakan keadilan Alloh, Ia tidak menilai kita dari apa yang telah Ia tetapkan sendiri untuk kita. Tapi atas apa yang kita lakukan untuk mengejar ketetapan itu. Uniknya kita manusia, betapapun Alloh menyuruh kita berusaha, seringkali ukuran utama kita adalah apa hasil yang kita dapatkan dari usaha itu, bukan sejauh mana proses menuju hasil itu. Hasil memang penting, tapi pada akhirnya kita akan menerima apa-apa yang memang menjadi milik kita. ”
”Memaafkan diri untuk hasil-hasil hidup yang menyenangkan, yang sesuai dengan keinginan, lebih banyak bersifat syukur dan pengendalian diri untuk tetap melakukan hal-hal yang mubah. Tapi memaafkan diri untuk hasil hidup yang tidak menyenangkan, biasanya lebih banyak bersifat SABAR dan PENYEMANGATAN DIRI untuk tetap melakukan hal-hal yang benar.”
“Memaafkan diri adalah sebentuk kesadaran, bukan sikap masa bodoh; adalah sebentuk kearifan, bukan kecerobohan; adalah cara kita mengapresiasi diri kita sendiri secara positif, bukan secara negatif; adalah puncak keseimbangan dan netralitas jiwa di antara putus asa dan acuh; adalah keseimbangan jiwa antara pesimisme dan optimisme.”

Minggu, 15 Mei 2011

Ketika Cinta Berbalas Durhaka



 "..Dan pergaulilah istri-istri dengan baik (patut). Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak” (QS An Nisaa' [4]: 19).
Dalam sebuah forum konsultasi keluarga, seorang istri mengadukan perlakuan suaminya kepada Ketua Majlis Ulama Besar Arab Saudi, waktu itu masih dijabat oleh Syekh Abdul Aziz bin Baz –rahimahullah.
"Suami saya, meskipun ia seorang berakhlak mulia dan takut kepada Allah, namun ia tidak pernah memberi perhatian sama sekali di rumah. Dia selalu murung dan cemberut terus padahal Allah Maha Mengetahui bahwa saya sudah menunaikan semua kewajiban sebagai istri dan memberinya ketenangan. Tapi, saya tetap sabar dengan perlakuannya. Setiap kali saya tanya sesuatu, dia langsung marah dan emosi, lalu berkomentar, bahwa itu ucapan sepele dan tidak berguna.
Dia selalu bahagia dan ceria jika berkumpul dengan teman-temannya. Sementara saya tidak mendapatkan darinya kecuali cacian dan perlakuan kasar. Sungguh dia sering menyakiti dan menganiaya saya sehingga saya berkali-kali ingin kabur dari rumah ..” (Fataawa Al Mar'ah, Muhammad Al Musnid, h. 115, cet. I, Riyadh, 1414 H).
Perlakuan kasar dan kejam terhadap istri tidak terjadi pada masa Jahiliyah saja, melainkan juga terjadi di zaman modern seperti contoh di atas. Rumah dengan situasi dan kondisi semacam itu bak neraka. Di Indonesia sendiri, jumlah kasus KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) terbilang tidak sedikit.
Perlakuan yang baik terhadap pasangan
Ayat di atas mempersembahkan satu kiat agar rumah kita tidak seperti neraka, yaitu memperlakukan pasangan dengan baik. Allah swt berfirman, ".. Dan pergaulilah istri-istri dengan baik (patut).Menurut Ibnu Katsir, maksud ayat tersebut adalah "Perbaguslah ucapanmu (wahai para suami) terhadap mereka. Perbaikilah perbuatanmu dan perindahlah tampilanmu sesuai kemampuanmu sebagaimana engkau menginginkan hal itu dari istrimu. Maka, lakukanlah terhadap istrimu seperti yang ingin ia lakukan terhadapmu (Tafsir Ibnu Katsir, II/22). Sebagaimana firman Allah, "..Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf (benar dan patut)” (QS Al Baqarah [2]: 28).
Dengan demikian perlakuan ma'ruf dalam ayat di atas maknanya sangat integral dan universal. Termasuk di dalamnya berusaha untuk berpenampilan baik dan menarik. Nabi saw memberi kiat agar suami menjadi dambaan bagi istrinya, "Cucilah wahai para lelaki pakaianmu, pakailah minyak rambut, bersikat gigilah, mandilah dan bersucilah; karena kaum Bani Israel tidak melakukan hal itu kepada istri-istri mereka” (HR Thabrani).
Dalam perspektif Nabi saw, manusia terbaik di dunia bukanlah manusia yang paling kaya atau paling tinggi jabatannya atau paling tinggi gelarnya atau paling keren tampilannya atau variabel-variabel dunia lainnya. Melainkan, manusia yang paling baik dalam memperlakukan pasangannya, memberikan banyak perhatian terhadap keluarganya. Beliau saw bersabda, "Yang terbaik di antara kalian adalah orang yang paling baik terhadap istrinya” (HR Tirmidzi, no. 3830 dan Ibnu Majah, no. 1967. Menurut Tirmidzi, hadits tersebut hasan gharib shahih).
Karenanya, Rasulullah adalah orang yang selalu baik dalam bergaul, selalu ceria, mesra dengan istrinya, lemah lembut terhadap mereka, memberi mereka nafkah yang cukup untuk kebutuhan mereka (lihat QS Ath Thalaq [65]: 7), bersenda gurau dan bercanda dengan istrinya. Misalnya, beliau saw pernah berlomba lari dengan istrinya, Aisyah ra. Faktor ini tidak bisa dipungkiri–selain pertolongan Allah–juga memiliki andil besar dalam mengantarkan keberhasilan Rasulullah saw dalam berdakwah dan membangun peradaban manusia serta mengeluarkan mereka dari beragam kezhaliman dan kegelapan di semua aspek kehidupan. Perlakuan yang baik terhadap keluarga membuat keluarga menjadi kreatif, energik dan produktif. Maka, meneladani Nabi saw dalam menjaga keharmonisan rumah tangga merupakan keniscayaan, karena ini perintah Allah, sebagaimana firman-Nya, "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu” (QS Al Ahzaab [33]: 21).
Ujian cinta
Termasuk memperlakukan pasangan dengan ma'ruf (baik dan patut) adalah setia dan tidak mengkhianatinya dalam suka dan duka. Tidak sedikit rumah tangga yang lulus ujian ketika diuji oleh Allah swt dengan kemiskinan dan kesempitan. Sehingga saat itu janji seiya sekata dan sehidup semati telah menjadi komitmen berdua.
Namun, ketika Allah menguji dengan kekayaan dan kemudahan, tidak sedikit yang berguguran dan tidak lulus ujian illa man rahimallah (kecuali orang yang dirahmati oleh Allah). Ketika harta melimpah, rumah luas, mobil mewah, jabatan bergengsi dan sejenisnya terkadang mudah membuat sebagian suami atau istri lalai sehingga menggerus sedikit demi sedikit cinta terhadap pasangannya. Bahkan, ada juga yang secara cepat mematikan api cinta sehingga melupakan pasangannya. WIL (Wanita Idaman Lain) atau PIL (Pria Idaman Lain) menjadi pelariannya dan puncaknya kehancuran biduk rumah tangga, yaitu cerai. Maka, cinta tulus itu pun telah dibalas dengan durhaka yang memicu prahara rumah tangga. Tentu, semua itu bisa terjadi ketika rumah tangga jauh dari iman dan lupa terhadap tujuan rumah tangga yang hakiki, membangun ‘istana' takwa sebagaimana firman Allah swt, "Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah..” (QS An Nisaa' [4]: 1). Begitu pentingnya rumah tangga, sampai-sampai dalam ayat ini, diapit oleh dua kali perintah takwa.
Menerima kelebihan dan kekurangan pasangan
Bagian akhir ayat di atas, "Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.Ini memberikan pemahaman kepada kita bahwa termasuk perlakuan yang baik adalah menghargai kelebihan pasangan dan memaklumi kekurangannya. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah swt semata.
Maka, mengharapkan kesempurnaan istri atau suami kita adalah sama saja mengharapkan kemustahilan. Karenanya, seorang yang beriman dituntut untuk mampu memenej (mengelola) kelebihan dan kekurangan pasangannya menjadi sebuah kekuatan yang dapat memancarkan cahaya sakinah, mawaddah wa rahmah dalam kehidupan rumah tangganya.
Karena itu Umar bin Khaththab ra, seperti dikutip oleh Sayyid Quthb, pernah marah besar kepada seorang suami yang ingin menceraikan istrinya lantaran sudah tidak mencintainya, dengan mengatakan, "Celaka kamu ini! Bukankah rumah tanggamu selama ini dibangun di atas ‘pondasi' cinta? Lalu, mana usaha kerasmu untuk memelihara cinta itu?” (Tafsir Fii Zhilal Al Qur'an, I/600).
Perlakuan yang ma'ruf, memahami dan menghargai kewajiban dan hak masing-masing, ta'awun dalam kebajikan dan takwa, komunikasi efektif dalam rumah tangga dan selalu mengiringi dengan doa adalah kunci-kunci kebahagiaan rumah tangga sehingga menjadikan rumah kita damai, tidak seperti neraka.
Jika cinta kasih sudah diberikan dan perlakuan ma'ruf (baik dan patut) sudah ditegakkan, namun dibalas pasangan dengan durhaka dan ketidakpatuhan, maka nerakalah balasan dan tempatnya kelak.
Ancaman ini disampaikan Rasulullah saw dalam haditsnya, "Aku diperlihatkan neraka, ternyata kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita yang berbuat kufur” Beliau lalu ditanya, "Apakah maksudnya mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, "(Maksudnya) kaum wanita itu mengkufuri suami (tidak mentaatinya dan durhaka kepadanya) dan mengkufuri kebaikan (perlakuan suami). Jika kamu telah berbuat baik kepada seorang di antara mereka sepanjang waktu, kemudian dia melihat sesuatu darimu, dia berkomentar, ‘Aku tidak melihat darimu ada kebaikan sedikitpun'” (HR Bukhari no. 28).
Semoga Allah swt tidak menjadikan rumah kita seperti neraka (panas, kering, tidak ada ketenangan dan cinta kasih) dan menjauhkan kita semua dari neraka akhirat. Amin.

Sabtu, 14 Mei 2011

Akhlak Mulia sebagai Inti Kebajikan


Hadits Arba’in Nomor 27, Bagian Ketiga
Di antara kandungan hadits Arba’in Nawawiyyah yang ke-27 adalah penjelasan Rasulullah saw bahwa yang dimaksud dengan al-birr adalah husnul khuluq (akhlak yang baik).
Rasulullah pernah bersabda, “Kebajikan itu adalah akhlak yang baik” (HR Muslim). Penegasan Rasulullah ini mirip dengan penegasan beliau saw bahwa haji adalah Arafah, di mana tidak bisa disebut haji kalau tidak melakukan wuquf di Arafah. Ini berarti seseorang tidak memiliki kebajikan manakala ia tidak memiliki akhlak yang baik.
Definisi akhlak
Secara bahasa, kata akhlaq (akhlak) adalah bentuk jamak dari kata khuluq. Menurut Ibnu Manzhur (630–711 H/1232–1311 M), pakar bahasa Arab, khuluq bermakna agama, tabiat dan perangai. Masih menurut beliau, antara akhlaq dan khalq (penciptaan) memiliki pertalian yang sangat dekat. Kalau khalq (penciptaan) adalah bentuk, sifat dan nilai-nilai yang bersifat lahiriah sebagaimana yang diciptakan Allah, maka khulq adalah bentuk, sifat, dan nilai-nilai yang bersifat batin.
Kedua hal ini, khalq dan khuluq, terkadang disifati dengan baik dan terkadang disifati dengan buruk. Pahala dan dosa lebih dikaitkan dengan yang bersifat batin (khulq) daripada yang bersifat lahir (khalq) (lihat: Lisan al-‘Arab pada Bab kha–lam– qaf).
Imam Ghazali rahimahullah (450–505 H/1058–1111 M) mendefinisikan akhlak sebagai kondisi yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan (lihat: Ihya’ ‘Ulumud-din).
Sementara menurut Imam Qurthubi rahimahullah (600–671 H/1204–1273 M), akhlakadalah adab atau tata krama yang dipegang teguh oleh seseorang sehingga adab atau tata krama itu seakan menjadi bagian dari penciptaan dirinya.
Intinya, akhlak adalah tabiat, perangai, adab dan nilai-nilai agama yang dipegang teguh oleh seseorang dan menjadi komitmen dirinya, sehingga seakan semua ini menjadi bagian dari penciptaan dirinya. Demikian menyatunya, sehingga kemunculannya bersifat otomatis, tidak dibuat-buat, dan dipaksa-paksakan.
Kedudukan akhlak dalam Islam
Agama Islam, melalui Al Qur’an dan As Sunnah banyak menjelaskan tentang kedudukan akhlak. Di antaranya adalah penegasan bahwa Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak, sebagaimana sabda Rasulullah, “Aku tidak diutus oleh Allah swt kecuali untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR Malik). Sesungguhnya realisasi akhlak yang mulia merupakan inti risalah Nabi Muhammad saw.
Syi’ar-syi’ar ibadah Islam di antaranya dimaksudkan untuk menggapai akhlak mulia. Shalat misalnya, antara lain dimaksudkan untuk mentarbiyah dan mendidik manusia agar berhenti dari segala perbuatan keji dan munkar (QS Al-‘Ankabut: 45). Ibadah puasa dimaksudkan, di antaranya untuk menggapai tingkatan taqwa (QS Al-Baqarah: 183). Berkaitan dengan ibadah puasa ini, Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang tidak meninggalkan ucapan dan perbuatan palsu (bohong), maka tidak ada keperluan bagi Allah swt terhadap puasa seseorang yang hanya sekadar meninggalkan makan dan minum.” (HR Bukhari)
Zakat, infak dan sedekah, di antara rahasianya adalah untuk menyucikan dan membersihkan jiwa dari berbagai sifat buruk dan tercela (QS At-Taubah: 103). Sedangkan ibadah haji difardhukan oleh Allah kepada mereka yang mampu dengan banyak maksud dan aturan, misalnya agar orang yang beribadah haji terlatih untuk tidak berkata kotor, tidak berbuat fasik dan tidak banyak berdebat kusir (QS Al-Baqarah: 197).
Akhlak buruk berarti iman tak sempurna
Rasulullah saw bersumpah tiga kali dan menyatakan bahwa seseorang tidaklah beriman manakala tetangganya tidak merasa aman darinya. Sabdanya, ”Demi Allah, ia tidaklah beriman, demi Allah, ia tidaklah beriman, demi Allah, ia tidaklah beriman. Para sahabat bertanya, “Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, Yaitu seseorang, di mana tetangganya tidak mendapatkan keamanan darinya.” (HR Bukhari)
Lalu dalam rangka mendidik sahabat dan umatnya dari pembicaraan yang tidak baik, ngobrol ngalor ngidul yang tidak aman, serta hanya berbicara yang baik-baik, beliau saw bersabda, ”Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR Bukhari)
Selanjutnya jelas, kemuliaan akhlak menunjukkan kesempurnaan iman. Rasulullah bersabda, “Orang-orang beriman yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan manusia yang paling baik di antara kamu adalah yang paling baik terhadap istrinya.” (hadits shahih, diriwayatkan oleh Ahmad dan At-Tirmidzi, lihat: Silsilah Hadits Shahih, hadits no. 284)
Kemuliaan akhlak pada akhirnya akan mengantarkan orang-orang beriman ini ke dalam surga. Rasulullah saw bersabda, “Yang paling banyak menyebabkan manusia masuk surga adalah ketaqwaan kepada Allah swt dan akhlak yang baik, sementara yang paling banyak menyebabkan manusia masuk neraka adalah mulut dan kemaluan.” (hadits hasan, diriwayatkan oleh Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, lihat: Silsilah Hadits Shahih, hadits no. 977)
Akhlak yang baik, setelah bimbingan dan taufik Allah swt, merupakan buah kesungguhan usaha kita untuk mendidik, mentarbiyah dan melatih diri dengan berbagai sifat terpuji. Juga merupakan hasil dari jihad tanpa henti dan tak kenal lelah dalam memerangi segala perangai, tabiat dan sifat buruk yang mungkin muncul dalam diri.
Di antara usaha sungguh-sungguh ini adalah upaya terus memohon kepada Allah dengan doa yang selalu dipanjatkan Rasulullah saw pada setiap kali beliau membaca iftitah, doa yang dibaca setelah takbiratul ihram dan sebelum membaca Al-Fatihah. Dalam doa iftitah ini beliau saw memohon, “… Ya Allah, tunjukkanlah kepadaku akhlak yang terbaik, sebab tidak ada yang memberikan petunjuk kepada akhlak yang terbaik kecuali Engkau. Ya Allah, palingkan aku dari akhlak yang buruk, sebab tidak ada yang memalingkan akhlak yang buruk dariku kecuali Engkau.” (HR Muslim)
Semoga dengan usaha yang sungguh-sungguh dan jihad ini, kita terbimbing menjadi manusia yang ber-akhlaqul karimah.
(Bersambung)
(buat BOX)
Rasulullah Memiliki Akhlak paling Mulia
Di antara keistimewaan Nabi Muhammad saw adalah keberadaannya sebagai manusia yang memiliki akhlak tinggi, mulia dan agung. Akhlak ini dimiliki beliau saw semenjak belum menjadi nabi dan rasul, sebagaimana pernyataan Ummul Mukminin Khadijah ra, “Demi Allah, Dia tidak akan menghinakanmu selamanya, demi Allah, engkau menyambung hubungan silaturrahim, berbicara benar, memikul beban orang lain, membantu yang tidak berpunya, menyuguhkan penghormatan untuk tamu dan membantu mereka yang terkena musibah.” (HR Bukhari)
Karena akhlak beliau yang mulia, luhur dan agung inilah ummul mukminin sangat yakin bahwa Muhammad saw bukan manusia biasa. Oleh karena itu saat beliau saw menyampaikan bahwa dirinya adalah nabi dan rasul, ummul mukminin langsung beriman tanpa sedikit pun keraguan. Perempuan mulia itu juga mengerahkan seluruh jiwa, kedudukan dan hartanya untuk keimanan dan dakwah.
Keagungan akhlak Rasulullah menjadi salah satu rahasia kemenangan beliau saw dalam menghadapi musuh-musuh dakwah. Hal ini ditegaskan Allah dalam QS Al-Qalam: 1–7.
Hal ini diakui pula oleh musuh-musuh dakwah Rasulullah sendiri. Buktinya, tercatat dalam sirah nabawiyah bahwa beliau saw sangat dimusuhi oleh mereka, sampai-sampai mereka bermaksud membunuh beliau dengan cara yang sangat keji. Namun di saat yang sama, musuh-musuhnya ini juga menitipkan benda-benda berharga milik mereka kepada Rasulullah!

Berbuat Kebaikan itu Mudah dan Ringan



Hadits Arba’in Nomor 26, Bagian Keempat (Selesai)
  
Dalam kajian Hadits Arba’in nomor 26 sebelumnya telah disebutkan bahwa Rasulullah saw begitu bersemangat dalam menunjukkan dan membuka setiap peluang kebaikan bagi umatnya. Beliau saw juga selalu berupaya menepis dan menutup munculnya sifat putus asa dan rasa tidak mampu dari dalam diri umatnya saat mereka dihadapkan pada berbagai amal keagamaan yang mereka anggap berat.

Perbuatan ringan bernilai sedekah
Rasulullah saw menjelaskan bahwa, “Pada diri manusia terdapat 360 ruas tulang, maka hendaklah ia bersedekah melalui setiap ruas ini.” Mendengar hal itu, spontan saja para sahabat bertanya, “Siapakah yang mampu melakukannya, wahai Nabi Allah?”
Spontanitas para sahabat ini wajar saja. Betapa tidak, bagi kebanyakan para sahabat yang sederhana, mungkinkah setiap hari bersedekah sebanyak 360 kali? Lebih tidak mungkin lagi adalah bahwa sedekah yang 360 kali itu hendaknya dilakukan oleh setiap ruas tulang!
Melihat bahwa para sahabatnya – juga umatnyakeberatan atas hal ini, maka Rasulullah menjelaskan jalan keluarnya. Beliau kemudian bersabda, “Engkau meludah di masjid dan menguruk (atau menimbun dengan pasir karena di zaman itu lantai masjid masih berupa pasir), sesuatu yang ada di jalan yang engkau singkirkan…
 Penjelasan seperti itu membuat sahabat mengerti bahwa  bersedekah 360 kali, setiap hari dan atas nama setiap ruas tulang, ternyata bisa diwujudkan melalui  pekerjaan-pekerjaan ringan. Begitu mudahnya hingga  siapa saja, baik tua atau muda, kaya atau miskin, besar atau kecil, asal bersedia, dapat melakukannya. 
Siapakah yang tidak mampu menguruk ludahnya dengan pasir atau kerikil atau semacamnya setelah ia meludah? Siapakah yang tidak mampu menyingkirkan sesuatu yang berpotensi membahayakan orang yang lewat dari tengah jalan? Siapakah yang keberatan untuk mengucapkan tasbih (subhanallah), tahmid (alhamdulillah), takbir (Allahu Akbar), istighfar (astaghfirullah) dan semacamnya?
Kenapa manusia tidak tertarik  membantu saudaranya yang sedang mengangkat atau menjinjing barangnya? Siapakah yang merasa keberatan memberi petunjuk arah yang benar saat melihat orang kehilangan arah dalam suatu perjalanan? Dan yang lebih ringan lagi adalah, siapakah yang tidak mampu menahan dirinya agar tidak menyakiti orang lain?
            Dalam penjelasan selanjutnya, beliau saw bersabda, "Jika tidak mampu, maka dua rakaat Dhuha cukup sebagai gantinya” (Hadits shahih lighairihi diriwayatkan oleh Ahmad [5/354, 359] dan Abu Daud hadits no. 5242). Jadi, bahkan sedekah pun dapat diganti dengan ‘hanya’ mengerjakan shalat Dhuha.
Rasulullah pun mencontohkan perbuatan ringan lainnya yang bernilai sedekah.  Beliau bersabda, "Kalian tidak akan masuk surga sehingga beriman, dan tidak beriman sehingga saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang jika kalian melakukannya niscaya kalian akan saling mencintai? Maka. sebarkanlah salam di antara sesama kalian" (hadits shahih, diriwayatkan oleh Muslim no. 106).
Di bagian awal hadits ini, ada kesan ancaman. Sebab dinyatakan oleh beliau para sahabat tidak akan dapat masuk surga. Namun Rasulullah memberi jalan keluar agar para sahabat – dan umatnya – bisa masuk surga, yaitu dengan cara: beriman. Rupanya, beriman pun dianggap sulit. Maka, Rasulullah memberi jalan keluar lainnya, yaitu dengan keharusan saling mencintai sesama mukmin. Lalu beliau saw menunjukkan rahasia untuk saling mencintai, yaitu menyebarluaskan salam.
Sifat-sifat Rasulullah saw
            Contoh-contoh tersebut menegaskan bahwa Rasulullah saw, sebagaimana tercantum dalam QS At-Taubah: 128,  adalah seorang Rasul yang merasakan beratnya  penderitaan yang dialami umatnya, yang sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagi umatnya dan yang penyantun serta penyayang terhadap orang-orang yang beriman.
Sifat-sifat Rasulullah tersebut merupakan suri teladan bagi umatnya, dalam konteks ini khususnya untuk para guru, pendidik dan pemimpin. Dalam rangka meneladani Rasulullah dalam perkara ini, para pakar pendidikan Islam menjelaskan, di antara adab seorang guru kepada muridnya hendaklah:
  • Memberi bimbingan kepada sang murid agar ia mencapai kemaslahatannya.
  • Bersikap sayang dan lembut kepada sang murid.
  • Membantunya sekuat kemampuannya agar sang murid mendapatkan ilmu.
  • Memotivasinya agar selalu semangat dalam belajar.
  • Senantiasa mengingatkan sang murid akan keutamaan ilmu, sebab yang demikian itu akan meningkatkan semangatnya.
  • Memerhatikan kemaslahatan sang murid sebagaimana ia memerhatikan kemaslahatan anak dan dirinya sendiri.
  • Mencintai sang murid sebagaimana ia mencintai diri sendiri.
  • Menjauhkan sang murid dari hal-hal yang tidak disukainya sebagaimana ia menjauhkan hal itu dari dirinya (lihat At-Tibyan fi Adab Hamalatil Qur'an, karya Imam Nawawi, hal. 39 – 40).
            Kemudian dengan memerhatikan teladan Rasulullah tersebut, maka terkait dengan pemimpin, para ulama pun mengatakan bahwa di antara adab pemimpin adalah:
  • Bersikap sayang dan lembut kepada rakyat.
  • Mengambil hak dari mereka dan menyerahkannya kepada yang berhak.
  • Menutup celah-celah yang membahayakan mereka.
  • Mengamankan jalan.
  • Menegakkan keadilan dengan cara menindak yang zalim dan membela yang terzalimi.
  • Mengupayakan agar si kuat membela si lemah (lihat Al-Jauhar an-Nafis fi Siyasat Ar-Rais, hal. 133).
      Adab-adab seperti ini, sebagaimana dijelaskan oleh para ulama adab (pendidikan) dan ulama-ulama siyasah (politik), adalah hasil kajian dan penelusuran mereka kepada cara-cara Rasulullah saw dalam mendidik dan memimpin, yang semuanya mengacu kepada QS At-Taubah: 128, sebagaimana telah dijelaskan di atas.
Inilah butir-butir pelajaran yang dapat digali dari hadits Arba'in An-Nawawiyyah ke-26. Semoga Allah swt memberi taufik, hidayah dan kekuatan kepada kita dan menjadikan kita hamba-hamba yang mendengarkan perkataan-perkataan yang terbaik, lalu mengikuti dan mengamalkannya. Amiin.